TUGAS
AKHIR SEKOLAH
Bahasa
indonesia
Resensi
Novel
Cinta di ujung sajadah
Nama
kelompok : muna ferdiana
: ulfa umaero
: sartika
: diana putri
: rosdiana dewi
Kelas : XII AP
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat allah SWT. Bahwa kami telah
menyelesaikan tugas mata pelajaran bahasa indonesia dengan membuat resensi
novel.
Dalam penyusunan resensi novel ini, tidak
ada sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan resensi novel ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh
karna itu kami mengucapkan terimah kasih kepada :
1. Ibu
Atinsih, S.Pdselaku guru bidang studi bahasa indonesia yang telah memberikan
tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas
ini.
2. Orang
tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini dapat di selesaikan dengan baik.
Semoga materi ini
dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan
khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin
Kata
pengantar............................................................................................................................... i
Daftar
isi........................................................................................................................................... ii-ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................................................. 1
1. Identitas
buku dan sinopsis................................................................................... 1-2
1.1 Identitas
buku.................................................................................................... 1
1.2 Sinopsis.............................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 3
2. Unsur
intrinsik dan Unsur Ekstrinsik.................................................................. 3
2.1 Unsur
intrinsik................................................................................................... 3
2.1.1 Tema......................................................................................................... 3
2.1.2 Plot/Alur................................................................................................... 3
2.1.2.1
perkenalan.................................................................................. 3
2.1.2.2
Permasalahan............................................................................ 3-4
2.1.2.3
Klimaks........................................................................................ 4-5
2.1.2.4
Anti Klimaks................................................................................ 5-6
2.1.2.5
Penyelesaian.............................................................................. 6
2.1.3 Tokoh/Karakter....................................................................................... 7
2.1.2.1 Tokoh Utama.......................................................................................... 7-8
2.1.2.2 Tokoh Tambahan............................................................................. 8-10
2.1.2.3 Tokoh pembantu.............................................................................. 10
2.1.4 Sudut Pandang........................................................................................ 10-11
2.1.5 Gaya bahasa............................................................................................. 11
2.1.6 Amanat/pesan........................................................................................... 11
2.1.7 latar/setting................................................................................................ 11
2.1.7.1 Latar tempat............................................................................................ 11-14
2.1.7.2 Latar waktu........................................................................................ 15
2.2 Unsur
Ekstrinsik................................................................................................ 15
2.2.1 Nilai
agama............................................................................................. 15
2.3 kelebihan
dan kelemahan novel.................................................................... 15
2.3.1 Kelebihan................................................................................................ 15-16
2.3.2 Kelemahan.............................................................................................. 16
2.4 tanggapan
peresensi terhadap novel............................................................ 16
2.5 manfaat
novel terhadap peresensi................................................................ 16
BAB
III PENUTUP.......................................................................................................................... 17
3. Kesimpulan
dan saran............................................................................................ 17
3.1 kesimpulan......................................................................................................... 17
3.2 saran.................................................................................................................... 17
Lampiran.......................................................................................................................................... 18-19
Daftar
pustaka................................................................................................................................. 20
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Indentitas buku dan sinopsis
1.1.
Identitas
Buku
Judul
Buku : Cinta di
ujung sajadah
Nama
Pengarang : Asma Nadia
Nama
Penerbit : Rebublika
Jl Warung buncit raya
No. 37 jakarta selatan
Telp :(021)7803747
Kota
penerbit : Jakarta
selatan
Jumlah
Halaman : 292
Tahun
terbit : Cetakan 1,
Juli 2012
ISBN :
978-602-7595-13-2
Sampul
Buku :
·
Warna
Dasar : Oren, Putih, coklat,
Kuning Dan biru
·
Corak
gambar : Seorang perempuan sedang
berjalan di tepi pantai
·
Tulisan
: “ cinta di ujung
sajadah “ berwarna Hitam
·
Disudut
kiri atas tertulis “ Republika “ dengan tulisan berwarna hitam
·
Di
bawah tulisan cinta di ujung sajadah yang di tulis oleh Asma Nadia seorang
wanita inspiratif tupperware shecan awards 2011
·
Secara
tematik,
i.
1.2.
Sinopsis
Cinta adalah seorang
gadis piatu. Belasan tahun ia mencari tahu siapa ibunya? Namun ayah Cinta tak
pernah mau mengatakan siapa ibunya? Dimana ibunya berada? Bahkan Cinta tidak
tahu bagaimana wajah ibunya. Ayah Cinta telah menghapus semua jejak tentang
ibunya.
Cinta semakin merasa tersisih. Sejak ayahnya
menikah dengan Mama Alia, dan membawa dua saudara tiri. Tak pernah ia temukan
surga di rumahnya. Sampai suatu hari hadir seorang laki-laki, Makky Matahari
Muhammad. Lelaki yang humoris tapi santun itu mengenalkan sebuah dunia baru
kepada Cinta. Membawakan setitik cerah di kehidupannya.
Hingga terbongkarlah rahasia besar selama
belasan tahun. Mungkinkah ibunya masih hidup? Munginkah Cinta dapat membalaskan
jutaan rindu yang terpatri di mata perinya itu?
Cinta harus menempuh
perjalanan jauh untuk membalaskan rindu di matanya itu. Menelusuri jejak ibunya
di setiap penjuru langit. Ketika dihadapkan dengan jalan buntu, Cinta
berjuang. Ia semakin mendekatkan dirinya kepada Allah. Mencari-cari sebuah
jawaban dimanakah ibunya? Dalam sujud-sujudnya yang panjang.Menelusuri
jejak surga yang dirindukan hingga tuntas saat senja di
Madinah
BAB II
PEMBAHASAN
2. Unsur instrinsik
2.1.
Unsur
Instrinsik
2.1.1
Tema
Seorang
anak yang Mencari-cari sebuah jawaban dimana keberadaan
ibu kandungnya
2.1.2
Alur
Alur dalam novel ini menggunakan alur maju
diawali dengan perkenalan, permasalahan, klimaks, anti klimaks kemudian di
akhiri dengan penyelesaian.
2.1.2.1. Perkenalan
“...Banyak
yang bilang, cinta punya mata indah. Mata peri. Gadis yang penampilannya
sportif itu juga di kenal memiliki hati yang baik. Jika peri-peri dalam dongeng
itu benar adanya dan berhati sangat baik, maka cinta mewarisi sedikit setengah
kebaikan mereka.
Sebagai
remaja tentu saja cinta tak lepas dari sikap-sikap seperti umumnya gadis
berusia enam belas tahun, kadang-kadang tingkah isengnya timbul, tapi sejauh
ini rasanya tak perna sampai meyakiti orang lain”(Asma nadia cinta di ujung
sajadah : 11)
2.1.2.2. Permasalahan
“...Cinta
harus tau semua sesuatu yang selama ini di pendam rapat dan di larang
untuk di bicarakan. Rahasia yang tak sanggup lagi di pikulnya beban yang
tersimpan selama 16 tahun. Ini terlalu berat di tanggung oleh seorang emban
Jika
terkenang air mata yang jatuh dari wajah ayuningsih?pedih perasaannya. Lara
hatinya. wajah tirus pucat dan basah, mengiba-iba, sebelum malam menelannya,
merenggut perempuan itu dari semua yang di kasihi.
Mungkin
lebih baik tidak dengan kata-kata, perempuan itupun memutuskan mengikuti
naluri, hati mbok nah meletakan sesuatu kepangkuan cinta, gadis berusia 17
tahun itu nyaris memekik meyadari apa yang dilihatnya. Sebuah foto! Setelah
begitu lama cinta bertanya-tanya seperti apa wajah ibunya, bagaimana bentuk
alisnya, mata, hidung, bibir, dagu perempuan yang melahirkannya.
Mbok
nah menyerahkan selembar amplop usang ketangan cinta dan Mbo nah merasa dirinya
terbebas dari beban berat” (asma nadia cinta di ujung sajadah :156-158)
2.1.2.3. klimaks
“...Penjelasan
Mbo nah semalam membuatnya tak sabar menunggu pagi datang. Gadis itu memang
tidak memerlukan waktu lama untuk memutuskan apa yang harus dia lakukan. Sudah
waktunya untuk terbang, sebab rindunya kini punya tujuan.
Kenapa
ibu pergi?kenapa ibu tak perna menjenguk?apakah perempuan itu tak rindu seperti
rindu sang anak padanya?
Begitu
banyak pertanyaan yang membutukan jawaban.walau begitu cinta yakin pejalanannya
ini lebih dari sekedar perburuan terhadap rasa penasaran dan ini tahu semata.
Rindu
adalah alasan pertama dia pergi.meninggalkan rumah setelah bertengkar dengan
papa
“Kamu akan menyesal, Cinta. Untuk
mengorek-ngorek sesuatu yang sudah lewat? Ibumu...,” papa menahan napas,
berusaha meredam kemarahan yang menyala hebat.
Mereka
berhadapan. laki-laki itu dan anaknya, dalam jarak yang kembali terentang.
Asing. Pria berusia lima puluhan itu menatap wajah oval bermata bening,
mengeluh dalam hati. Teringat luka berdarah yang berusaha keras dikuburnya
dalam ingatan. Ia mencintai perempuan itu, sampai detik ini. Tapi lelaki itu
besar dalam lingkungan keluarga dengan kehormatan dan harga diri yang harus
dilindungi lebih dari segalanya. Tidak peduli besarnya harga yang harus
dibayar.
“Ibumu Cuma masa lalu!” sosok
setengah baya itu menutup perdebatan dengan nada tegas.
Papa
betul. Barangkali ibunya Cuma masa lalu. Tapi masa lalu tetap punya nilai,
sebab cinta ada di dalamnya.
“Cinta harus pergi, Pa!” tegas
kalimat itu membuat papa melayangkan tinju ke tembo.(Asma nadia cinta di ujung
sajadah :163-164)
2.1.2.4. Anti Klimaks
“...Langkah cinta dan teman-temannya berhenti
di sebuah rumah sederhana yang sebagaian besar catnya sudah terkelupas.
Cinta meletakan bungkusan besar, hadiah untuk
ibu di dekat pintu. Satu tangannya masi mendekap rangkaian bunga. Ragu-ragu
cinta mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
Semua menunggu. Berharap. Tapi hingga
beberapa detik tidak ada jawaban, hening semua berpandangan penantian, meski
singkat memang tak memberi perasaan nyaman, namun hingga berapa menit yang
berlalu, tetap tidak ada yang terjadi, Ketika putus asa mulai terbayang di mata
anak-anak muda itu, seorang perempuan dengan balutan kain batik berjalan dari
kejauhan. Makky melompat dari posisinya, menghampiri
“maaf,
Bu...kami mencari ibu Ayuningsih”
Si ibu membuka topi capingnya, tampak seraut
wajah kecoklatan terbakar matahari, setelah terbatuk-batuk sebentar, perempuan
itu mendorong pintu rumah
“tidak
perna dikunci,” ujarnya tersenyum, “masuklah!”
Ibu tadi terbatuk-batuk kembali. Baru setelah
agak tenang perempuan itu membuka percakapan.
“ayuningsih
sudah bercerita, bahwa suatu saat kalian mungkin akan datang. Kalau boleh tahu,
siapa yang bernama cinta?”
“saya...,” gadis itu menelan ludah setelah
berkali-kali sebelum melanjutkan,” saya ingin bertemu ibu.”
“ sebentar lagi, kamu bisa bertemu
Ayuningsih.”(asma nadia cinta di ujung sajadah :256-259)
2.1.2.5.
Penyelesaian
“...Cinta!
“ Maafkan saya...,” perempuan itu menubruk cinta berjongkok dengan wajah pasi.
Menyentuh pipi gadis itu lembut,
“maafkan saya...Cinta!”
Cinta
menggengam erat tangan yang menyentuh pipinya, dalam pertahanan diri yang
kandas.
Jadi...inilah
akhirnya. Cinta menatap perempuan yang berjongkok di sisinya, Tak percaya. Ini
lha muara dari semua perjalanan, pencariannya.
“Ibu...,”
cinta memanggil dengan rasa kehilangan yang sangat. Tangan tak berhenti
mengusap-usap gundukan tanah tanpa nisan. Sementara air mata yang sejak tadi
masih tertahan-tahan di pelupuk, kini meleleh.
Ibu!!!
Cinta tersedu sedan, bahunya bergoncang.
Tampak sangat terpukul, sementara perempuan tua di sampingnya memeluk gadis itu
sepenuh perasaan.(asma nadia cinta di ujung sajadah :256)
2.1.2 tokoh/Karakter
2.1.3.1 Tokoh utama
Ø Cinta
Karakternya : seorang gadis yang baik
hati,sabar, tegar dan mempunyai sifat bagaikan seorang peri
“...ini
seperti adegan film yang dulu di tontonnya waktu kecil cinderella dan mbo nah
sebagai upik abu malang
Cinta tidak terpancing kalau menuruti hati,
mau rasanya meninggalkan meja makan dan membantu Mbok nah. Hal yang pasti akan
membuat anak-anak manja itu berkoar kian keras dan menuduhnya macam-macam
persis sebelumya : jangan sok jadi putri
salju!sok baik! Jangan ikut campur!.
Tapi kali ini cinta harus menahan diri, hari
pertamanya di SMA tidak boleh rusak!.(Asma nadia cinta di ujung sajadah : 18)
Ø Ayah
cinta
Karakternya :seorang ayah yang mempunyai
sifat pemarah,dingin dan tidak adil yang tak perna menunjukan perhatian kepada
anaknya
“...sementara papa larut dalam koran pagi
yang di bentangkan lebar hingga menutup wajah. Laki-laki itu seolah tidak
terusik dengan kehebohan anak-anak gadis nya. Barangkali baginya, selama bukan
cinta yang teriak-teriak dunia akan baik-baik saja.(Asma nadia cinta di ujung
sajadah : 19)
Ø Mbo
Nah
Karakternya :baik , sabar penyayang dan lemah lembut
“...Perempuan bertubuh gemuk yang suka
memakai daster batik itu sudah lama di sana, hidup dan meyaksikan babak demi
babak penderitaan non tersayangnya. Ia paham kesedihan yang di miliki cinta
sebab semua tertangkap tak Cuma oleh mata, tapi juga hati.(Asma nadia cinta di
ujung sajadah : 30)
Ø Mama
alia
Karakternya : Sombong,tinggi hati dan tidak
adil hanya meyayangi anak kandung nya
“...sabar dikit kenapa, sayang?Mbok nah sudah
tua. Lagian orang miskin kayak dia mana kenal merek-merek sepatu mahal?.(Asma
nadia cinta di ujung sajadah : 19)
Ø Cantik
Karakternya
: Manja, suka menfitnah, keras kepala dan
susah melihat orang senang
“...Dia jelas-jelas ngumpetin tali pinggang
cantik, Ma. Jangan dibela dong! Buktinya tali pinggangnya ketemu di kamar dia.
Dasar anak nggak jelas ibunya!.(Asma nadia cinta di ujung sajadah : 31)
Ø Anggun
Karakternya : pendendam, iri hati selalu
ingin menang dan tidak perna mau mengkui kekalahan
“...Iri hati anggun rasanya sudah berkarat.
Perasaan yang sejak dulu kerap membuatnya tak bisa tidur, anggun harus selalu
memutar otak,mencari cara menimpakan kesalahan kepada cinta. Supaya wajah yang
manis itu tak terus tersenyum.
Boleh jadi itu pula sebabnya anggun tak perna
gemuk, terlilit iri dan dendam kesumat. Hasrat untuk selalu mengalakan
cinta.(Asma nadia cinta di ujung sajadah : 58)
2.1.3.2 Tokoh tambahan
Ø Makky
“...Makky, lima huruf itu yang tiba-tiba
muncul dan memberikan warna baru dalam kehidupan rutin cinta. Barangkali
seperti perasaan tinkerbell, tokohp peri dalam dongeng anak-anak saat peterpan
hadir”(Asma nadia cinta di ujung sajadah : 41)
Ø Neta
“...Neta, sahabat baiknya yang berambut
keriting ikut terdiam, namun beberapa saat kemudian dengan mata berbinar
mengajukan usul yang tak perna di lupakan cinta, Anggap aja mamaku seperti
mamamu cinta! Mau?,
Mereka memang teman akrab dari kelas
satu”(Asma nadia cinta di ujung sajadah : 24)
Ø Sinyo
“...cinta tak menyangka, ternyata sinyo tak
Cuma bandel, tapi berani memakai sebutan ‘dia’ untuk mamanya, rasanya tak sopan
sekali”(Asma nadia cinta di ujung sajadah : 25)
Ø Peter
“...Tapi di biarknnya peter, cowok bermata
sipit, yang suka diledek ‘Anak mami’ itu berkomentar. Pelukan mami lebih oke,
tempat paling hangat ,paling.......,peter dengan mata mulai mengkristal
kehilangan kata-kata”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :36)
Ø Aisyah
“...Kayaknya pengamatanmu sudah sedetil itu,
mustahil kalau nggak ada.....
Kalimat menggoda dari aisyah cepat dipotong
cinta, sembarangan aja menyebarkan gosip!”(Asma nadia cinta di ujung sajadah
:45)
Ø Iwan
“... “kalau masalah agama, insaallah saya
akan menjawab jadi apa masalahnya cinta?”
Iwan langsung pasang sikap formal begitu
bicara soal agaman”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :100)
Ø Salsa
“...Salsa bahkan menyeret rumah barbienya.
Yang terakhir mengundang omelan panjang pendek dari makky”(Asma nadia cinta di
ujung sajadah :48)
Ø Mama
neta
“...Tolong mama, cinta. Ambilkan plastik di
laci bawah. Ya...itu cukup. Gadis berkuncir satu itu menyodorkan kantung
plastik besar ke arah mama yang berjongkok di pintu kulkas dan sibuk
mengeluarkan kue-kue”(Asma nadia cinta di ujung sajadah : 75)
Ø Mirna
“...Diluar dugaan, mirna melepas pelukannya,
sikap gadis itu kembali dingin,ketika mulai berbicara,”bukan ibu yang memukuli,
Cinta.tapi bapak”suara mirna geram”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :114)
Ø Adji
“...Cinta mengeluarkan sebuah amplop lusuh
dari saku, dan menyodorkan pada adji, adji membaca sesaat, wajahnya langsung
kaget “wuiihh, ini daerah gawat yakin mau ke sini”(Asma nadia cinta di ujung
sajadah : 173)
Ø Sahabat
ayuningsih
“... “Ibumu juga rindu dan ingin sekali
memelukmu, Cinta!” perempuan itu diam sesaat, wajahnya berlahan mengeras
seperti tengah mengumpulkan kekuatan yang akan menentukan ke arah mana sejarah
harus di lanjutkan”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :254)
2.1.3.3 Tokoh pembantu
Ø Ummi
aisyah
Ø Mami
peter
Ø Emak
Ø Tante
rini
Ø Ibu
yayah
Ø Lin
2.1.4 Sudut pandang
Pengarang berada di dalam cerita. Terdiri
“...cinta menatap
wajah-wajah yang memancarkan sejuta kasih pada lembaran foto yang terserak di
tempat tidur. Foto-foto yang diambilnya sendiri dengan kamera biasa. Ada gambar
mamanya neta, yang sedang tersenyum ramah mencium neta diulang tahun yang kesembilan
dulu.lalu foto mamanya reni, vita, tami, ivan. Juga foto ibu penjaga kantin
yang sedang tersenyum lebar.(Asma nadia cinta di ujung sajadah :16)
2.1.5
Gaya bahasa
Gaya bahasa dipergunakan
memakai gaya bahasa asosiasi atau perumpamaan adalah perbanding dua hal yang
hakikatnya berbeda, tetapi sengaja
dianggap sama.
“...matanya indah bagaikan
mata para peri”.(Asma nadia cinta di ujung sajadah : 11)
2.1.6
Amanat/pesan
Ø Secara
tersirat amanat yang di sampaikan dalam novel ini adalah surga itu di telapak
kaki ibu dan ibu berhak menerimah bakti dan anak wajib menunaikan baktinya
Ø Di
balik ketegaran seorang anak dia tetap membutuhkan kasih sayang dari seseorang
yaitu ‘ibu’
Ø Kasih
sayang ibu tak terhingga sepanjang masa
2.1.7
Latar/setting
2.1.7.1 Latar tempat
Latar
bertempat dibeberapa kota Bogor,jakarta, bandung dan jogja
Ø Kamar
“...Suara musik dan lantunan
lagu dari lantai bawa terdengar hingga kamar, walau dia sudah menutup pintu
rapat-rapat”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :15)
Ø Di
teras rumah
“...Cinta duduk di teras,
barusan ia ribut lagi dengan anak-anak tersayang mama padahal gara-garanya
sepele”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :29)
Ø Di
depan rumah
“...Sore pulang sekolah,
Cinta menyaksikan hal yang tidak biasa di depan rumah, sebuah truk barang yang
besar terparkir di pinggir jalan”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :41)
Ø Di
depan kamar
“...di depan kamarnya
terdengar siulan riang melintas, lalu celoteh anak kecil,pasti cinta dengan
salsa”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :57)
Ø Kamar
gelap
“... “woi...jangan kelamaan
rumput di bibirku mulai kering,lagian aku gag mau ajak kamu ke kamarku kok,
tapi ke kamar gelap. Nggak mau?”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :91)
Ø Lapangan
basket
“...Neta nyengir, matany
melirik ke arah cowok-cowok bermain basket di lapangan”(Asma nadia cinta di
ujung sajadah :102)
Ø Kantin
“...Obrolan anak-anak di
kanting beralih ke masalah lain, ke masalah mirna yang sudah lima hari tidak
masuk sekolah”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :107)
Ø Warung
“...lima anak SMA itu
berhenti di warung, minum dan istirahat sebentar, aisyah kelihatan sangat haus,
sampai memesann tiga botol minuman yang berbeda”(Asma nadia cinta di ujung
sajadah :110)
Ø Rumah
mirna
“...rumah mirna tidak
terlalu besar, kalau tidak bisa di bilang kecil, kesan sederhana terlihat jelas
ketika menapak masuk ke dalamnya”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :110)
Ø Rumah
makan sunda
“...Acara makan-makan di
restoran berlangsung menyenangkan papa memilihkan rumah makan sunda terbaik
yang ada di bogor”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :145)
Ø Di
atas lantai keramik
“...mereka duduk berhadapan
cinta memilih duduk tak jauh dari Mbo nah, keduanya berhadapan di atas lantai
keramik yang terasa lebih dingin dari biasa”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :153)
Ø Kereta
api
“...Kereta api bogor-jakarta
express melaju cepat, secepat lamunan cinta yang belom beranjak, berulang kali
gadis itu menciumi foto yang di tangannya”(Asma nadia cinta di ujung sajadah
:172)
Ø Gerbong
“...Cinta ragu, Tapi adji
sudah bangkit dan berjalan cepat menyusuri gerbong demi gerbong, tidak memberi
waktunya untuk berpikir, meski mengambil jarak, cinta mengikuti langkah si
hidung betet”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :174)
Ø Bus
“...si hidung betet sudah
melompat ke dalam bus Huh, gentle sekali! Sindir hati cinta, seraya bergegas
mengejar kendaraan yang mulai bergerak”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :174)
Ø Halte
“...cinta berdiri masygul,
dideket adji melemparkan pantat ke tempat duduk di halte”(Asma nadia cinta di
ujung sajadah :177)
Ø Perumahan
kumuh
“...Gadis itu berjalan di
belakang adji setenang mungkin, melintasi satu demi satu perumahan kumuh di
samping rel”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :177)
Ø Mushalla
“...mereka mampir di sebuah
mushallah kecil untuk shalat”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :190)
Ø Stasiun
gambir
“...Cowok itu menepati
janjinya untuk mengantarkan cinta ke stasiun gambir,Adji bahkan membantu cinta
di anterian panjang untuk membeli tiket”(Asma nadia cinta di ujung sajadah
:190)
Ø Rumah
bu yayah
“...mereka hanya perlu waktu
tiga puluh menit untuk tiba di rumah bu yayah, perempuan yang kemudian di
ketahui cinta sudah memiliki lima orang anak”(Asma nadia cinta di ujung sajadah
:197)
Ø Losmen
“...lamunan cinta usai!
Pintu kamar losmennya di ketuk orang ternyata pelayan losmen yang membawakan
dua lembar roti dengan selai dengan teh manis”(Asma nadia cinta di ujung
sajadah :214)
Ø Rumah
sederhana
“...Langkah cinta dan
temen-temennya berhenti di sebuah rumah sederhana yang sebagian besar catnya
sudah terkelupas”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :246)
Ø Kuburan
“...cinta masi tak percaya,
matanya menatap perempuan temen ayuningsih, lalu pusara di dekatnya, kuburan
tanpa nisan dan si perempuan”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :256)
2.1.7.1
Latar waktu
Ø Pagi
“...Hari pertamanya di SMA tidak boleh
rusak! Gadis berkulit putih itu mengunyah sarapan paginya lebih cepat. Untuk
sementara ia harus menutup mata dan telinga terhadap kesulitan Mbo nah”(Asma
nadia cinta di ujung sajadah :18)
Ø Siang
“...Cinta menyipitkan matanya, menantang
matahari yang bersinar garang, lalu membawa kaki panjangnya bangkit”(Asma nadia
cinta di ujung sajadah :110)
Ø Sore
“...sore pulang sekolah, cinta
menyaksikan hal yang tidak biasa di depan rumah. Sebuah truk barang yang besar
terparkir di pinggir jalan. Beberapa lelaki tampak sibuk menurunkan dan
memindahkan perabot”(Asma nadia cinta di ujung sajadah :41)
Ø Malam
“...tengah malam, saat terbangun, aisyah
menemukan cinta sudah menghmparkan sajadah, sedang khusyu berdoa, wajah
beningny dalam balutan mukena putih, menengadah”(Asma nadia cinta di ujung
sajadah :242)
2.2
Unsur
Ekstrinsik
2.2.1
Unsur
agama
“...alhamdulilah,
bagus juga pertanyaan mu, Nak!” tiga gadis yang bersahabat itu jadi manyun
mendengar opening khutbah temen sekelas mereka, “ada tiga perkara, yang akan
menolong orang yang sudah meninggal. Pertama; amal jariyah. Kedua; ilmu yang
bermanfaat. Dan ketiga , ananda cinta yang baik...,”iwan menatap cinta dengan
pandangan kebapakan, “ketiga anak yang salih atau salihat”(Asm nadi cinta di
ujung sajadah:101)
2.3
kelebihan
dan kelemahan
2.3.1
Kelebihan
Buku
ini memiliki beberapa kelebihan di antaranya yang saya garis bawahi isi dari
novel ini mengajarkan arti “surga di bawa telapak kaki ibu” menarik sekaligus
menjadi teladan bagi pembaca untuk selalu mendekatkan diri kepada tuhan.
2.3.2
Kelemahan
Kelemahan
dari buku ini menurut saya terletak pada beberapa pemilihan kata-kata yang
bahasanya tidak baku dan ceritanya berbolak-balik sehingga dapat memusingkan
pembaca
2.4
tanggapan
peresensi terhadap novel
“
setelah kami membaca dan memahami isi
novel yang berjudul “cinta di ujung sajadah” karangan dari “asma nadia” kami
dapat tanggapan tentang isi dari novel ini ceritanya menarik karena memiliki
banyak pesan-pesan yang sangat berguna untuk di terapkan dalam kehidupan
sehari-hari terutama untuk selalu menghormati orang tua,menambah kesabaran dan
ketawakalan kita dengan tuhan untuk menjalani hidup ini”
2.5
manfaat
novel terhadap peresensi
setelah
membaca buku/novel ini kami mendapatkan banyak pengetahuan baru. Buku ini
banyak memberikan inspirasi dan membuka mata untuk selalu renda hati
mengajarkan untuk kita bersabar, tetap tegar dan tabah dalam menghadapi setiap
masalah.
BAB
III
PENUTUP
3. Kesimpulan dan saran
3.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari isi
novel ini adalah sebagai berikut :
Ø Cerita
dari novel ini menarik dan memiliki pesan yang dapat menambah pengetahuan
Ø Bahasa
yang di gunakan sulit di mengerti tetapi di dalam novel ini sudah tercantum
arti dari kata tersebut
Ø Pengalaman
berharga yang dapat kita ambil supaya kita menghormati orang tua
3.2
Saran
Semoga
dapat membuat cerita-cerita yang lebih menarik dan lebih baik dengan
kalimat-kalimat yang mudah di pahami dan di mengerti.
Lampiran
Asma
Nadia
perempuan kelahiran Jakarta
26 Maret 1972 ini, dibantu Sitaresmi Sidharta, dan moderator milis lain, telah
memberikan semangat kepada banyak perempuan untuk membaca, sehingga lahir Klub
Buku AsmaNadia (KBA) di berbagai kota di tanah air, sebagai kegiatan alternatif
yang cerdas, di mana setiap bulan anggota berkumpul dan berdiskusi tentang buku
yang telah mereka baca.
Kiprah
penulis yang masa kecilnya dihabiskan di rumah kontrakan sederhana di pinggir
rel kereta api ini juga merambah ke dunia Internasional. Ia pernah diundang
menghadiri acara kepenulisan di
Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Tahun 2006 ia menjadi satu dari dua
sastrawan muda Indonesia yang diundang untuk tinggal oleh pemerintah Korea
Selatan selama 6 bulan. Undangan yang sama diperolehnya dari Le Chateau de
Lavigny (2009) untuk tinggal di
Switzerland.
Sebagai pembicara, Nadia
pernah diundang untuk al. pada forum Seoul Young Writers Festival dan The 2nd
Asia Literature Forum di Gwangju, serta memberikan workshop kepenulisan di
berbagai pelosok tanah air, juga kepada pelajar Indonesia di Mesir,
Switzerland, Inggris,
Jerman, Roma dan Vatican,
serta buruh migran di Hongkong dan Malaysia.
Sekalipun tidak mempunyai
gelar kesarjanaan, karena ketika kecil sakit-sakitan (jantung, paru-paru, gegar
otak, tumor) ia telah berbicara di hadapan lebih banyak audience
termasuk di berbagai
universitas ternama di Indonesia, seperti Universitas Indonesia, ITB, UNPAD,
UGM, IPB, Unsyiah, Universitas Brawijaya, dan lain-lain.
Karir
Asma Nadia adalah salah satu penulis best seller yang paling
produktif di Indonesia. Dalam waktu 10 tahun ia telah menulis lebih dari 50
buku. Berbagai penghargaan nasional dan
regional di bidang kepenulisan
juga telah diraihnya. Pengarang Terbaik Nasional penerima Adikarya Ikapi Award
tahun 2000, 2001, dan 2005, peraih Penghargaan dari Majelis Sastra
Asia Tenggara (Mastera)
tahun 2005, Anugrah IBF Award sebagai
novelis islami terbaik (2008), Peserta terbaik lokakarya perempuan penulis
naskah drama yang diadakan FIB UI dan Dewan Kesenian Jakarta.
Melalui maling list
pembacaasmanadia, Nadia ikut
memberdayakan pembacanya, yang sebagian besar perempuan (sesama istri dan ibu
rumah tangga) serta generasi muda untuk terlibat dalam gerakan Indonesia
Menulis! Hasil dari gerakan itu adalah lahirnya puluhan
antologi yang ditulisnya
dengan pembaca dan diterbitkan berbagai penerbit.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Nadia,
Asma, 2012, Cinta di ujung sajadah,Jakarta selatan :Republika
Ø Mokhamad
irman, dkk, 2008, Bahasa indonesia, Jakarta : Pusat perbukuan
Ø Diana
dkk, 2012, Resensi bahasa indonesia, Klapanunggal-bogor :
Borgata Hotel Casino & Spa
ReplyDeleteA great place to stay when 슬롯 꽁 머니 you have an excellent casino in Atlantic 올레 벳 City 크롬 번역기 is 브라 벗기 the Borgata 스포츠토토 Hotel Casino & Spa. Guests enjoy the comfy beds and luxurious Rating: 3.8 · 1,821 votes
Top 10 Casinos Near Laurel in Laurel - Mapyro
ReplyDeleteFind the 시흥 출장샵 best Casinos near Laurel 거제 출장샵 in 강원도 출장안마 Laurel, 전라북도 출장안마 MI. 서귀포 출장마사지 At the Laurel Casino Hotel, you'll find several casinos throughout the state,